“Inilah Jalan
yang Saya Tempuh Ketika Berhadapan dengan Raja maupun Selainnya”
Asy-Syaikh Abdullah bin Shalih Al-‘Ubailan menceritakan:
Suatu ketika dalam sebuah pertemuan yang cukup besar, saya
mengajukan pertanyaan kepada Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz,
“Ada beberapa ulama yang memilki pandangan/pendapat yang
berbeda dengan anda, namun mereka semua tetap mencintai anda. Kami ingin tahu
apa yang menyebabkan hal itu, mengapa anda mendapat karunia dari Allah berupa
sesuatu yang menyebabkan tumbuhnya perasaan cinta di hati mereka kepada anda?”
Maka beliau-rahimahullah- menjawab:
“Aku tidak mengetahui apapun, kecuali bahwa-alhamdulillah-,
ketika saya mengetahui kebenaran sejak muda, maka saya merasa terpanggil untuk
memeganginya. Saya berusaha untuk bersabar atas apa yang menimpa saya sebagai
konsekwensi dari prinsip saya itu. Saya tidak akan membenci siapapun, dan tidak
pula memuji siapapun (dari kalangan makhluk) atas apa yang menimpaku/saya
peroleh. Jika ia (kebenaran itu)diterima, maka pujian itu hanya milik Allah.
Begitu pula sebaliknya, bila ditolak, maka pujian pun tetap milik Aallah.
Inilah jalan yang saya pegangi semampu saya, baik dalam ucapan maupun tulisan.
Siapa yang menghendaki untuk menerima, maka ia akan menerimanya, dan siapa yang
menghendaki untuk menolak, maka ia akan menolaknya. Selama saya di atas
kebenaran, maka selama itu pula saya akan menyuarakannya.
Bagi pihak-pihak yang memiliki pandangan berbeda dengan
saya, maka saya katakana, bagi mereka ijtihad mereka. Allah akan memberi balasan
dua pahala bila ijtihadnya benar, dan akan memberi satu pahala bila ijtihadnya
salah. Maka saya tidak tahu alasan lain, kecuali hal ini-yakni saya menyeru
kepada kebenaran sesuai dengan kemampuan saya, Alhamdulillah-. Dan saya
berusaha untuk menyampaikannya secara lisan maupun tindakan. Saya tidak pernah
memvonis dan tidak pula membuat sakit hati (menyinggung perasaan).Bila saya
telah menyampaikannya, maka saya berdoa kepada Allah, semoga Dia memberikan
kemudahan dan petunjuk kepadanya. Inilah jalan yang saya tempuh ketika
berhadapan dengan raja maupun selainnya.”
(Mawaqif Madhiyah fi Hayat Al-Imam Abdul Aziz bin Baz, hal
25. Lihat Untaian Mutiara Kehidupan Ulama Ahlussunnah hal 33-34)
-->